Berita 

Pandemi Covid-19 Perparah Anjloknya Penjualan Buku

JAKARTA (litera) — Ketua Umum Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI), Arys Hilman, menjabarkan pandemi Covid-19 turut mempercepat anjloknya penjualan buku dan penerbitan di Indonesia. Disrupsi itu juga tidak saja hanya terjadi terhadap buku cetak, namun juga terjadi pada buku versi digital atau PDF.

“Terjadi kemerosotan angka pertumbuhan industri perbukuan sejak 2010. Penurunan ini terlihat dari angka pertumbuhan buku yang terus merosot dari 28,22 persen pada 2010 ke minus 0,48 pada 2017,” ujarnya pada acara diskusi Penghargaan Sastra Litera 2021 dengan tema “Nasib Buku Sastra di Era Digital” di Ruang Merdeka 2, Swiss Belhotel Sepong, BSD, Tangerang Selatan, 14 Desember 2021.

Diskusi sesi pertama itu dimoderatori oleh presidan Tangsel Club Uten Sutendy. Pada sesi ini tampil pula Ni Komang Ariani, dan Indrian Koto yang tampil melalui zoom. Selanjutnya, Arys mengatakan, meski pada 2018 dan 2019 ada angin segar perbaikan buku di angkat 7,38 persen dan 4,2 persen, namun angka tersebut tidak pernah kembali ke angka pertumbuhan semula.

Pandemi Covid-19 turut memperparah kemerosotan penjualan buku, pendistribusian, dan diperparah pula dengan pembajakan buku yang semakin masif. “Dalam kondisi pandemi kuartal pertama  tercatat pertumbuhan  minus 17,27, dan lebih parah pada kuartal kedua minus 72,40 persen,” ujarnya.

Arys juga mengungkapkan banyaknya buku yang didaftarkan ke Perpusnas untuk mendapatkan ISBN namun berbanding terbalik dengan nilai penjualan buku. “Artinya, buku yang dicetak banyak akan tetap tingkat keterbacaannya rendah,” jelas Arys.

Sementara, hal senada juga diungkap Cerpenis Ni Komang Ariani. Ni Komang mengatakan, masalah utama yang dihadapi masyarakat terutama penggiat buku tanah air adalah menurunnya penjualan buku secara umum.

Menurutnya, penurunan tersebut mencapai hingga 20 persen. “Meski begitu, ruang sastra malah meluas melalui dunia digital. Itu dapat dilihat dari cetak ulang buku Leila S. Chudori di masa pandemi mancapai 24 kali,” katanya.

Dia juga menyebutkan rendahnya penjulan buku disebabkan okeh kurangnya minat baca masyarakat Indonesia. Dia memerincikan, minat baca masyarakat Indonesia berada di angka 0,001 atau 1 banding 1000.

“Dengan kata lain, sudah saatnya pemerintah Indonesia membuat program yang menumbuhkan minat baca masyarakat, dengan belajar (studi banding) ke negara lain misalnya Skandinavia, yang menduduki peringkat 5 minat baca tertinggi. Atau pemerintah Indonesia juga bisa belajar banyak ke Jepang memberi fasilitas lengkap di perpustakaan mereka,” jelas dia.

Sementara, penyair sekaligus penjual buku, Indrian Koto menyarankan agar pemerintah memberikan perhatian lebih pada usaha penerbitan indie di tengah senjakalanya dunia cetak. Menurutnya, hal itu akan memberikan suntikan positif terhadap dunia penerbitan.

“Awal tahun 2000-an di Yogya, banyak penerbit yang mampu bertahan setelah salah satu lembaga Ford Foundation memberikan suntikan dana pada para penerbit. Kita melihat sejumlah penerbit itu ada dan terus tumbuh. Apalagi jika 10-20 persen dari jumlah buku setiap penerbit dapat terserap dan tersebar ke perpustakaan lewat kegiatan literasi,” ungkapnya.

Indrian berharap pemerintah melakukan pendataan komprehensif tentang penerbitan indie kemudian memberikan ruang yang sama kepada mereka (penerbit indie).

Diskusi sesi kedua dengan topik “Alih Wahana Sastra di Era Digital” menampilkan novelis mega bestseller Habiburrahman el Shirazy dan novelis serta dosen Univertsitas Multimedia Nusantara (UMN) Dr. Niknik Kurtarto, M.Hum, dengan moderator jurnalis sastrawan H. Irwan Kenala. Memberikan sambutan sebelum diskusi, Kepala Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Dr. Moh. Abdul Khak, M.Hum.

Perhelatan Penghargaan Sastra Litera ini diselenggarakan oleh Portal Sastra Litera (www.litera.co.id) yang dikelola oleh Yayasan Master Kreativa Indonesia, dan didukung sepenuhnya oleh Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Kemendikbudristek RI. Tahun ini merupakan penghargaan yang ke-4 dan telah mundur satu tahun. Mestinya digelar tahun 2020 lalu, namun batal karena pandemi dan tiadanya sponsor.

Acara juga diisi pembacaan puisi oleh presiden penyair Sutardji Calzoum Bachri, musikalisasi puisi Sarang Matahari pimpinan H Shobir Pur, dan pengumuman serta penyerahan hadiah Penghargaan Sastra Litera 2021. *rls

Keterangan Foto: Ketua IKAPI saat menyampaikan makalahnya pada acara diskusi Penghargaan Sastra Litera 2021, di Ruang Merdeka 2, Swiss Belhotel Sepong, BSD, Tangerang Selatan, 14 Desember 2021. (Foto: Pilo Poly)

Related posts

Leave a Comment

18 − eleven =